Prihatin dengan makin meredupnya seni peran, Seuramoe Teater Aceh (STA)
menggelar Arisan Teater Aceh dengan melibatkan sejumlah komunitas teater
di provinsi itu.
Kegiatan dipaketkan dalam bentuk pementasan teater, workshop, pemutaran video teater, serta rembug bersama digelar pada 5 hingga 7 Oktober di Gedung Apec, Banda Aceh. Ketua Panitia, Mirja Irwansyah, mengatakan bahwa kegiatan ini juga untuk memupuk budaya keberagaman di tengah masyarakat.
"Kita membuat workshop penyutradaraan, dengan pemateri Ampon Yan, workhsop keaktoran atau olah tubuh dengan pemateri Mustika Permana, dan workshop penulisan naskah yang akan diisi oleh Fauzan Santa," katanya, dalam siaran pers yang diterima Okezone, Selasa (2/10/2012).
Menurut Teuku Zulfajri, Sekjen STA, kegiatan ini dimulai dari kegelisahan para pelaku seni teater di Aceh, dimana dulu seni teater begitu berkembang dan punya tempat di hati orang Aceh. "Namun, kini sudah tidak lagi. Apalagi kelangkaan informasi antar kelompok teater di Aceh menjadi kendala untuk pertumbuhan teater sendiri," ujarnya.
Aceh dinilai harus banyak belajar dari daerah lain yang rutin membuat event khusus, sehingga komunikasi antar kelompok teater itu bisa terjalin baik. "Demi perkembangan teater di Aceh, kegiatan seperti arisan teater ini perlu disukseskan oleh para pelaku seni, dan sepantasnya pemerintah memperhatikannya," sebutnya.
Fajri menambahkan, kegiatan ini juga sebagai upaya pelestarian budaya lokal, di tengah himpitan budaya-budaya asing. "Itu landasan kita membuat arisan yang kemudian kami beri tema budaya meningkatkan persatuan pluralisme, pemberdayaan teater di masyarakat Aceh," tutupnya.
Kegiatan dipaketkan dalam bentuk pementasan teater, workshop, pemutaran video teater, serta rembug bersama digelar pada 5 hingga 7 Oktober di Gedung Apec, Banda Aceh. Ketua Panitia, Mirja Irwansyah, mengatakan bahwa kegiatan ini juga untuk memupuk budaya keberagaman di tengah masyarakat.
"Kita membuat workshop penyutradaraan, dengan pemateri Ampon Yan, workhsop keaktoran atau olah tubuh dengan pemateri Mustika Permana, dan workshop penulisan naskah yang akan diisi oleh Fauzan Santa," katanya, dalam siaran pers yang diterima Okezone, Selasa (2/10/2012).
Menurut Teuku Zulfajri, Sekjen STA, kegiatan ini dimulai dari kegelisahan para pelaku seni teater di Aceh, dimana dulu seni teater begitu berkembang dan punya tempat di hati orang Aceh. "Namun, kini sudah tidak lagi. Apalagi kelangkaan informasi antar kelompok teater di Aceh menjadi kendala untuk pertumbuhan teater sendiri," ujarnya.
Aceh dinilai harus banyak belajar dari daerah lain yang rutin membuat event khusus, sehingga komunikasi antar kelompok teater itu bisa terjalin baik. "Demi perkembangan teater di Aceh, kegiatan seperti arisan teater ini perlu disukseskan oleh para pelaku seni, dan sepantasnya pemerintah memperhatikannya," sebutnya.
Fajri menambahkan, kegiatan ini juga sebagai upaya pelestarian budaya lokal, di tengah himpitan budaya-budaya asing. "Itu landasan kita membuat arisan yang kemudian kami beri tema budaya meningkatkan persatuan pluralisme, pemberdayaan teater di masyarakat Aceh," tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar