Seperti yang dilansir id.berita.yahoo.com, jerami bisa
digunakan sebagai seni kolase jerami (Straw Collation Art). Seni lukisan
jerami ini memang merupakan seni yang unik dan jarang ditemui.
Salah
satu seniman yang menggeluti bidang ini adalah Febrantonius Sinaga.
Pria berdarah Batak ini adalah salah satu seniman Indonesia yang
mengangkat dan memperkenalkan seni jerami. Melalui karyanya,
Febrantonius Sinaga memperkenalkan budaya batak melalui sumber daya alam
berupa jerami dari kampungnya sendiri, Tarutung.
Definisi kolase
sendiri adalah campuran bahan-bahan yang sedemikian rupa sehingga
menjadi bentuk karya seni artistik. Biasanya bahan-bahan yang digunakan
berasal dari kertas, kain, kayu, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut
kemudian ditempel di permukaan gambar atau kanvas.
Nah, uniknya
lagi sang maestro kita, Febrantonius Sinaga menggunakan kain ulos batak
sebagai kanvas. Sedangkan jerami yang dipakainya adalah jerami yang
khusus didatangkan dari Tapanuli, lebih tepatnya lagi dari Desa Lumban
Rihit.
Lantas
mengapa harus jerami dari Tapanuli? Febriantonius sendiri menjawab
bahwa ia tidak mau menggunakan jerami padi dari Jawa karena jerami
Tapanuli memiliki kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan jerami
Jawa. Selain itu, ukuran diameter jerami jawa yang relatif kecil
membuatnya sulit untuk dipakai sebagai kolase. Faktor lainnya adalah
warna jerami Jawa yang warnanya keputih-putihan.
Berbeda dengan
jerami Tapanuli yang berwarna kuning emas bercampur coklat muda. Perlu
JBers ketahui bahwa semua lukisan Febrantonius tidak memakai bahan
pewarna sehingga warna lukisan tampak lebih alami. Inilah alasan mengapa
Febrantonius Sinaga sengaja memakai jerami Tapanuli yang kualitasnya
lebih bagus. Jerami Tapanuli ini berasal dari padi jenis Ramos.
Febrantonius
Sinaga pun menjelaskan teknik pembuatannya. Pertama-tama , jerami
dibelah dan dibersihkan. Kemudian disetrika dengan tingkat panas
tertentu sehingga merata, tidak gosong dan tidak mudah patah. Setelah
itu, jerami di lem dan ditempelkan diatas gambar yang telah dibuat
sketsanya terlebih dahulu. Barulah dibentuk pakai gunting atau cutter.
Setelah itu kolase jerami tersebut ditempelkan di atas kain ulos. Agar
lebih awet dan mengilap, karyanya pun dipernis.
Febrantonius
Sinaga mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu antara 10 hari sampai
sebulan untuk membuat lukisan, tergantung tingkat kesulitan dalam
membentuk huruf dan gambar.
JBers sebagai bangsa Indonesia boleh
berbangga karena lukisan Febrantonius ini sudah populer hingga ke
Singapura, Cina dan Jerman. Lukisannya pun sering terpampang di
pameran-pameran seni baik lokal maupun nasional. Contohnya adalah Sumut
Expo, Pekan Raya Sumatera Utara, Indonesia Christian Retail Expo dan
lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar