Setelah menerima banyak kiriman karya, panitia Lomba Cipta Lagu Pop
Daerah Nusantara 2012 (LCLPDN) siap mengumumkan pemenang, sekaligus
menggelar pentas musik Pop Daerah pada tanggal 30 Oktober 2012.
Bertempat di Hotel Sahid, Jakarta, acara tersebut juga akan menampilkan
deretan biduan andal. Terpampang nama Edo Kondologit, salah satu
penyanyi cakap dari tanah Papua.
“Selain menampilkan lagu-lagu karya pemenang, kami juga punya rencana
untuk mengajak para pengarang lagu juga beraksi di panggung. Sebagai
salah satu tanda apresiasi dari kami,” ujar Toto Sediantoro, mewakili
panitia LCLPDN 2012 saat jumpa pers di Kemenparekraf, Jakarta, Selasa
(16/10).
Karya-karya tersebut akan diracik ulang oleh musisi dan komposer
Dwiki Darmawan. Agar keindahannya menjadi lebih maksimal saat
ditampilkan di muka umum.
Bersama di dalam pertemuan tersebut, hadir juga budayawan Remy Sylado
dan pemilik label rekaman raksasa Nagaswara Records Rahayu Kertawiguna.
“Kami cukup optimis pasar akan menyambut lagu-lagu pop daerah ini
dengan respon yang baik. Contoh menarik pada saat kami merilis lagu
"Cucak Rowo," responnya luar biasa. Terjual sebanyak 300 ribu kopi pada
tahun 2003,” sambung Rahayu.
Nagaswara Records akan berperan sebagai perilis kompilasi lagu Pop
Daerah yang menjadi pemenang ke publik. Remy Sylado –salah satu juri–
mengatakan, “Sejarah lagu Pop Daerah sebenarnya sudah lumayan tua. Saat
itu mantan presiden Soekarno mengemukakan pidatonya yang diberi judul
"Manifesto Politik" dan salah satu poin yang digarisbawahi oleh dia
adalah lagu-lagu daerah dijadikan menjadi musik Pop. Sejak saat itu,
lagu Pop Daerah membumi dan menjadi karya musik yang awam di telinga
masyarakat.”
Remy juga memaparkan bahwa penilaian tidak hanya berdasar kepada
lirik daerah yang digunakan. Namun juga aransemen musik autentik. “Kami
mempertimbangkan bebunyian asli yang ada di dalam karya-karya yang
masuk. Tidak hanya soal tema dan lirik lagunya saja,” jelas Remy.
Upaya ini dipercaya bisa membangkitkan lagi rasa cinta bangsa. Juga
memperlihatkan kepada masyarakat bahwa kekayaan budaya Indonesia harus
diperhitungkan karena merupakan bagian dari identitas bangsa.
“Penyelenggaraan lomba ini punya misi yang positif, setelah banyak
terpaan budaya pop kontemporer dari luar Indonesia, kini saatnya musik
lokal kembali diberi panggung,” jelas Sapta Nirwandar mewakili
Kemenparekraf. “Setelah ramai K-Pop di Indonesia, saatnya D-Pop (Pop
Daerah) juga ditengok,” paparnya, disusul gelak tawa bergemuruh di ruang
rapat Kemenparekraf, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar