SINETRON Tutur Tinular versi 2011 berakhir pada Minggu (2/9) malam.
Sinetron produksi Gentabuana Paramita ini berhasil membukukan 329
episode.
Sebelum membahas episode pamungkasnya, saya hendak
mengenang kiprah sinetron yang tayang di Indosiar ini. Tutur Tinular
versi 2011 (TT 2011) pertama menyapa pemirsa pada 26 September 2011.
Kehadirannya memberikan variasi bagi pecinta sinetron.
Sejak tren
sinetron harian melanda pada tahun 2006, genre atau tema yang diusung
tak jauh-jauh dari konflik keluarga dan percintaan. Anak yang tertukar
dan kisah cinta beda status sosial menjadi konflik utama dalam sejumlah
sinetron hits seperti Putri yang Ditukar dan Cinta Fitri. Sedikit
berwarna pada akhir 2010, di mana sinetron komedi religi bermunculan.
Kehadiran
TT 2011 semakin menambah semarak persaingan sinetron stripping. Harus
diakui, pembuatan sinetron kolosal tidak semudah drama atau komedi.
Perlu perhatian khusus pada pemilihan lokasi, kostum, tata rias, dan
efek visual. Acung jempol buat inovasi yang ditawarkan TT 2011. Episode
perdananya kala itu langsung merangsek ke peringkat 8 dengan TVR 3 dan
share 12,6. Perlahan tapi pasti, TT 2011 terus naik dan merasakan jadi
acara TV nomor 1, plus berbulan-bulan menghuni 3 besar.
Seperti
sinetron lain, rating TT 2011 yang stabil membuat episodenya kian
bertambah banyak. Durasi pun bertambah dari 1 menjadi 2 jam sekali
tayang. Alhasil, banyak hal-hal absurd muncul di sinetron ini. Ilustrasi
musik dangdut yang digunakan dianggap tidak relevan oleh penonton.
Tokoh Dewi Padmini yang diperankan Amara, mendadak berubah jadi burung
merpati.Karakter yang seharusnya tidak ada, bermunculan; Mak Lampir,
Gerandong, dan Little Krisna.
Sukses dengan merpati bicara, TT
2011 melahirkan Ada anjing, marmut, kupu-kupu, kelinci, dan kodok yang
bisa ngomong. Tak sampai di situ, sandal dan buah kelapa pun bisa
ngomong. Mak Lampir pun diceritakan berubah jadi tongkat bisa bicara.
Makin
menggila dengan kehadiran tokoh Guru India, yang tiap dialognya diawali
dengan kalimat “acha acha nehi nehi, kabhi khushi kabhie gham”, plus
kemunculan Wong Fei Hung. Tak sampai di situ, demam The Dark Knight
Rises pun seolah menginspirasi TT 2011 dalam menciptakan sosok Jayapati,
manusia kelelawar yang kostumnya menyerupai Batman.
Hebatnya
selama berbulan-bulan cerita yang ngelantur ini masih ditonton banyak
orang, termasuk saya. Saya mengalami guilty pleasure saat menonton
petualangan Kamandanu di negeri antah berantah ini. Penulis dan
sutradara memberikan cerita yang “beyond your imagination”, sementara
penonton selalu “expect the unexpected”.
Sampai bulan Juni 2012,
TT 2011 masih wara-wiri di 5 besar. Tapi di bulan Ramadhan, ratingnya
terus menurun. Entah karena jam tayangnya yang bebarengan dengan waktu
Tarawih, atau memang penonton sudah bosan. Puncaknya, setelah Lebaran
rating TT 2011 sempat terdepak dari 50 besar, sebelum akhirnya mencapai
episode pamungkas semalam.
Seperti apa endingnya? Well, jujur saya
sempat sekitar 3 minggu absen, sehingga cukup banyak tertinggal. Yang
pasti di episode terakhir sudah tidak terlihat lagi sosok tongkat Mak
Lampir, Jayapati “Batman”, Wong Fei Hung, dan hewan/benda mati yang bisa
bicara. Saya tak tahu bagaimana nasib mereka.
Episode pamungkas
berkisah soal Mei Shin (Adelia Rasya) yang diperkosa Arya Dwipangga
(Ridwan Ghany). Ini membuat Biyakta (Choky Andriano) murka dan berniat
membalas dendam. Sayang, Biyakta keburu mati dibunuh Dewi Sambi (Errina
GD), yang berhasil pedang Naga Puspa bersama Tong Bajil.
Kamandanu
(Rico Verald), Nari Ratih (Anindika Widya), dan Mei Shin pergi ke desa
terpencil untuk menyelamatkan diri dari kejaran Dewi Sambi dan Tong
Bajil. Berkat Keris Mpu Gandring, Kamandanu berhasil membunuh Tong Bajil
sekaligus merebut kembali Pedang Naga Puspa.
Kamandanu-Nari Ratih
yang hamil anak Dwipangga merencanakan pernikahan. Tapi setelah tahu
Mei Shin juga hamil anak Dwipangga, Nari Ratih malah menyuruh Kamandanu
menikahi Mei Shin. Keadaan mendadak genting tatkala Dewi Sambi menculik
Nari Ratih.
Kamandanu berhasil mengalahkan Dewi Sambi. Ketika
diculik, Nari Ratih melahirkan bayi perempuan dengan selamat, lantas
menghembuskan nafas terakhir. Mei Shin pun meninggalkan Manguntur.
Kamandanu membakar mayat Nari Ratih dan memberikan nama Ayu Andira pada
bayi Nari Ratih. Selesai.
Segitu aja? Ya. Kisah yang sebenarnya
kental akan unsur sejarah, disulap sangat sinetron dengan menonjolkan
konflik keluarga dan percintaan yang dibumbui dendam dan perebutan
kekuasaan. Rating episode terakhirnya mengalami kenaikan, meski tak bisa
dibilang istimewa. Ada di peringkat 13 dengan TVR 2,8 dan share 11,6.
Kalah dari acara-acara yang tayangbebarengan seperti Tukang Bubur Naik
Haji, serta sinetron berlatar kerajaan yang lahir pasca sukses TT 2011:
Raden Kian Santang, dan Dewi Bintari.
Ada 1 hal yang mengganjal di
benak saya. Jika dihitung menggunakan standar rumah produksi lain,
jumlah episode TT 2011 sebenarnya bisa saja menyamai bahkan mengalahkan
Putri Yang Ditukar. TT 2011, pernah tayang dengan durasi 60, 90, 120,
bahkan 180 menit, namun semua itu hanya dihitung 1 episode. Sementara
rumah produksi lain, ambil contoh SinemArt, jika durasi panjang ya
dihitung 2-3 episode. Karena itulah Putri Yang Ditukar menghasilkan 676
episode dalam kurun waktu 1 tahun 2 bulan.
Ah, terlepas dari
banyak kekurangannya, Tutur Tinular versi 2011 berhasil menjadi
trendsetter sinetron kolosal di era sinetron harian dan berhasil menjadi
salah satu sinetron Indonesia dengan jumlah episode terpanjang.
Hmm...cuma inikah prestasi sinema televisi kita?
0 komentar:
Posting Komentar